- Menjauhi maksiat dan keburukan. Sebagaimana ibadah bisa menghindarkan diri dari maksiat, maksiat juga bias menjauhkan seseorang dari amal amal kebajikan.
- Istiqamah dengan amalan-amalan harian untuk meningkatkan kekuatan rohani dan jasmani. Hanya dengan persiapan rohani dan jasmani sajalah kita dapat mengarungi berbagai macam rintangan kehidupan.
- Menjaga waktu-waktu yang utama dan menghidupkan amalan ketaatan. Sebagai contoh, berpuasa pada hari Isnin dan Khamis, solat dhuha, memperbanyak zikir dan doa.
- Menjaga diri dari sikap melampau batas dan terlalu menyusahkan diri dalam urusan agama. Melakukan amalan yang sedikit tetapi istiqamah adalah lebih baik daripada melakukan banyak amalan tetapi hanya sesaat.
- Menggabungkan diri dengan jemaah Islam dan meninggalkan ‘uzlah'. Hanya dengan menyertai jemaah seseorang itu dapat meningkatkan diri dan tidak mudah tertipu oleh syaitan.
- Mengenali rintangan di jalan dakwah, agar tidak mudah patah semangat atau kendur dan futur.
- Selalu bergaul dengan orang yang soleh dan banyak melakukan amal soleh.
- Memberi hak-hak tubuh dan jasmani seperti istirehat dan menjaga kesihatan.
- Memberi ruang pada jiwa untuk menikmati perkara-perkara yang dibolehkan, seperti bergurau, bermain dan berekreasi.
- Banyak membaca buku sirah nabi dan sejarah orang-orang yang soleh, agar termotivasi untuk mengikuti jejak mereka.
- Senantiasa mengingat mati dan perkara-perkara yang berkaitan dengannya seperti azab kubur dan akhirat.
- Sentiasa membayangkan nikmat surga dan azab neraka. Ini akan memantapkan lagi iman dan menguatkan semangat untuk memikul amanah Allah.
- Selalu menghadiri majlis ilmu. Ini kerana ia akan mengembalikan semangat yang kendur, dan mengingatkan ajaran yang terlupa.
- Memahami kesempurnaan Islam dengan mengamalkan kesyumulan agama itu sendiri. Ini akan mengelakkan pemahaman yang cetek terhadap Islam.
- Sering bermuhasabah diri. Insya Allah ia akan cepat menyedarkan kita daripada kelesuan dan kemalasan (futur).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Saat-saat futur bagi para salikin (orang-orang yang meniti jalan menuju
Allah) adalah hal yang tak dapat terhindarkan. Barangsiapa yang
futûrnya membawa ke arah muraqabah (merasa diawasi oleh Allah) dan
senantiasa berlaku benar, tidak sampai mengeluarkannya dari
ibadah-ibadah fardhu, dan tidak pula memasukkannya dalam perkara-perkara
yang diharamkan, maka diharapkan ia akan kembali dalam kondisi yang
lebih baik dari sebelumnya.” (Kitab Madrijus Salikin).