"Aad" adalah nama bapa suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu
tempat bernama "Al-Ahqaf" terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan
Umman dan termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal
dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa.
Mereka dikurniai oleh Allah s.w.t. tanah yang subur dengan sumber-sumber
airnya yang mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka
bercocok tanam untuk bahan makanan mereka dan memperindah tempat tinggal
mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Berkat kurnia Allah
s.w.t. itu mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta
dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang
terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah
penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam
semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama " Shamud" dan "
Alhattar" dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut
kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan
serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan
agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa
serta cara hidup mereka sehari-hari. Kenikmatan hidup yang mereka sedang
tenggelam di dalamnya berkat tanah yang subur dan menghasilkan yang
melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah kurniaan dan pemberian
kedua berhala mereka yang mereka sembah. Karenanya mereka tidak
putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon
perlindungannya dari segala bahaya dan musibah berupa penyakit atau
kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup
mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis laknatullah, di
mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau
kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan
lahiriahlah yang menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan
sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang
lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di
bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut dan
benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai
penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat
belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati.
Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah s.w.t.
mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka.
Sudah menjadi sunnah Allah s.w.t. sejak diturunkannya Adam Ke bumi
bahawa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam
kehidupan yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang
dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang
bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang
sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalanlurus
dan benar dan mencuci bersih jiwa manusia dari segala tahayul dan syirik
menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuia
dengan fitrah.
Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh
kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan
Tuhannya yang mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud
seorang daripada suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan
berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik budi
pekerti yang luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan dengan
kawan-kawannya. Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian
kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah s.w.t. yang berupa
alam sekeliling mereka dan bahawa Allah s.w.t. lah yang mencipta mereka
semua dan mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa
tanah yang subur, air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan
kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang
mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan
paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah
batu-batu yang sewaktunya dapat mereka hancurkan sendiri dan
memusnahkannya dari pandangan.
Diterangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allah s.w.t. yang
diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada
Allah s.w.t. yang menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka
memberi rezeki atau mencabutnya daripada mereka. Ia tidak mengharapkan
upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka
ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah s.w.t. dan
memperingatkan mereka bahawa jika mereka tetap menutup telinga dan mata
mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan
dibinasakan oleh Allah s.w.t. sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang
mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan
mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian
dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka
sembah dan puja itu.
Dakwah Nabi Hud
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah mereka dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud: "Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah
yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami
meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini
dan menyembah tuhan mu yang tidak dapat kami jangkau dengan pancaindera
kami dan tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan
yang kami lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang
kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan
sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada aturan nenek
moyangmu dan jangan mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan
memebawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak
akan direstuinya."
Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, "Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini
kepada kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya
dengan pancainderamu namun kamu dapat melihat dan merasakan wujudnya
dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaanNya dan dalam alam semesta yang
mengelilingimu beberapa langit dengan matahari bulan dan
bintang-bintangnya bumi dengan gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan
dan binatang-binatang yang kesemuanya dapat bermanfaat bagi kamu sebagai
manusia. Dan menjadi kamu dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan
bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu
kepada-Nya, Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan
diperanakan yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan
pancainderamu, Dia dekat daripada kamu mengetahui segala gerak-gerik dan
tingkah lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan
fikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah oleh manusia dengan
kepercayaan penuh kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan
patung-patung yang kamu perbuat pahat dan ukir dengan tangan kamu
sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang
tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu.
Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap
mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang
telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."
Wahai Hud! jawab kaumnya, "Gerangan apakah yang menjadikan engkau
berpandangan dan berfikiran lain daripada yang sudah menjadi pegangan
hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama
nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan
martabat tuhan-tuhan kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami
berakal sempit dan berfikiran dangkal? Engkau mengaku bahawa engkau
terpilih menjadi rasul pesuruh oleh Tuhanmu untuk membawa agama dan
kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami keluar dari jalan yang
sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa
hairan dan tidak dapat menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau
telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas
seseorang daripada kami, engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang
manusia biasa seperti kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya
dengan kami, mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau
menurut anggapan kami seorang pendusta besar atau mungkin engkau
berfikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu
engkau ejek hina dan cemuhkan."
"Wahai kaumku" jawab Nabi Hud, "Aku bukanlah seorang pendusta dan fikiran ku tetap waras dan sihat tidak kurang sesuatu pun dan ketahuilah bahawa patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dapat mendatangkan sesuatu gangguan atau penyakit bagi badanku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa aku tidak pernah berdusta dan bercakap bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pada diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku. Aku adalah benar pesuruh Allah s.w.t. yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis laknatullah dan sudah jauh menyimpang dari jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu kerana Allah s.w.t. tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam kesesatan dan hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah s.w.t., Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuhan bagi meneruskan hidupmu. Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu dan kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahuilah bahawa kamu akan dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab atas segala perbuatan kamu didunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan amalanmu yang baik dan soleh mendapat ganjaran baik dan yang hina dan buruk akan diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah s.w.t. kepada kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku."
Kaum Aad menjawab: "Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahawa engkau telah mendapat kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan akalmu berubah menjadi tidak siuman. Engkau telah mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahawa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahawa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang. Dan apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakutkan kami dan mengancamkannya kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka. Ketahuilah bahawa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu kerana bayangan azab dan seksa yang engkau bayangkannya kepada kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan ancaman itu jika engkau betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta."
"Baiklah" jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan
tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan
persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya
pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dapat melepaskan diri dari
bencananya. Allah s.w.t. menjadi saksiku bahawa aku telah menyampaikan
risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha
sepanjang hayat kandung badanku memberi penerangan dan tuntunan kepada
jalan yang baik yang telah digariskan oleh Allah s.w.t. bagi
hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah Atas Kaum Aad
Pembalasan Allah s.w.t. terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah s.w.t. yang dijanjikan dan bahawa Allah s.w.t. masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah s.w.t. dengan meninggalkan persembahan mereka yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah s.w.t. agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mereka terhadap janji Allah s.w.t. yang diwahyukan kepada Nabi
Hud segera mendapat jawapan dengan datangnya pembalasan tahap kedua
yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal
di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, kerana
dikiranya bahawa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan
menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat
sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan
nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi
kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan
Allah s.w.t. yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk
membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu
dusta."
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang dikatakan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merosakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini mencari perlindungan Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat
perlindungan Allah s.w.t. dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau
bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau
mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan
yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong
dan mohon perlindungan. Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah
"Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud
meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal
menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana
hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu
tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang
datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan
Syaaban pada setiap tahun.
Selesailah kisah kaum Nabi Nuh dalam sejarah. Majoriti di antara mereka
yang mendustakan ajarannya telah dihancurkan oleh taufan. Sedangkan
minoriti antara mereka dapat kembali memakmurkan bumi sebagai wujud dari
sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT kepada Nabi Nuh
adalah:
"Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang takwa." (QS. al-Qashash: 83)
Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:
"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)
Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah
datangnya taufan, tiada yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali
orang-orang yang beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di muka
bumi dan syaitan mulai mengeluhkan pengangguran.
Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak,
dan datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan
mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari penyembahan
yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang
kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan
kakek kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari taufan."
Oleh kerana itu, mereka membuat patung-patung orang-orang yang selamat
itu yang dapat mengingatkan mereka dengannya. Dan pengagungan ini
semakin berkembang generasi demi generasi, namun akhimya penghormatan
itu berubah menjadi penghambaan. Patung- patung itu berubah - dengan
bisikan syaitan - menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali
mengeluhkan kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud
di tengah-tengah kaumnya.
Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk membawa
agama kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad.
Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la adalah
padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak dari
puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar
dan mempunyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan
kekuatan fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat
tinggi dan tegak sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang dikutip
oleh Al-Qur'an:
"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami.'" (QS. Fushilat: 15)
Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka.
Meskipun mereka memiliki kebesaran tubuh, namun mereka memiliki akal
yang gelap. Mereka menyembah berhala dan membelanya bahkan mereka siap
berperang atas namanya. Mereka malah menuduh nabi mereka dan
mengejeknya. Selama mereka menganggap bahawa kekuatan adalah hal yang
patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahawa Allah SWT yang
menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak
melihat selain kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)
Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan
rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang,
dan tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah
engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan
apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahawa ia hanya
mengharapkan imbuhan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun
dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya
kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap
mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi
Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia
menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia
mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.
Kaum Hud membuat kerosakan dan mengira bahawa mereka orang-orang yang
terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan
semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana
engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah-ayah kami
menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian telah
berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan
mengatakan wahai Hud bahawa setelah kami mad dan menjadi tanah yang
beterbangan di udara, kita akan kembali hidup?" Nabi Hud menjawab:
"Kalian akan kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan bertanya kepada
masing-masing dari kalian tentang apa yang kalian lakukan."
Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka. Alangkah
anehnya pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik di antara
mereka. Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya akan rusak dan ketika
jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa oleh udara
dan tanah itu akan beterbangan, lalu bagaimana semua ini akan kembali ke
asalnya. "Kemudian apa pengertian adanya hari kiamat? Mengapa
orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima
pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai
menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia menjelaskan kepada
mereka bahawa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah satu hal yang
penting yang berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga
sesuatu yang penting yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.
Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh
semua nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya hikmah sang
Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai penciptaan
kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi ini, lalu
setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang
pertama dari ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan
lembar jawaban. Harus juga disertai dengan koreksi terhadap lembar
jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang berhasil dan
siapa yang gagal.
Manusia selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu tindakan; ada
yang berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang melampaui batas.
Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan bebas tanpa
menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat namun mereka
mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta
kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada
siapa orang-orang yang menderita akan mengeluh?
Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya kebaikan tidak
selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan kejahatan
berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran. Lalu, apakah
kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan? Sungguh
suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahawa hari
kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas
diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di antara
hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari
pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT.
Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap
kembali di depan sang Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT
akan memutuskan hukum-Nya di dalam-nya. Inilah kepentingan pertama
tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan keadilan Allah SWT.
Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang berhubungan
dengan perilaku manusia sendiri. bahawa keyakinan dengan adanya hari
akhir, mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal, penerimaan pahala
dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah perkara- perkara
yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana konsentrasi
manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam ini.
Oleh kerana itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia,
kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu
gelisah saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam
umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin
meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang
ditiupkan oleh Tuhannya.
Barangkali persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi dunia,
nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan ketergantungan
dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud dengan adanya
keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan semua ini dan
mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT
menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar menjadi orang- orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahawa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?, jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. " (QS. al- Mu`minun: 33-37)
Demikianlah kaum Nabi Hud mendustakan nabinya. Mereka berkata kepadanya:
"Tidak mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan ketika mendengar
bahawa Allah SWT akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kuburan.
Mereka bingung ketika dibe-ritahu bahawa Allah SWT akan mengembalikan
penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi tanah, meskipun Dia telah
menciptakannya sebelumnya juga dari tanah. Seharusnya para pendusta hari
kebangkitan itu merasa bahawa mengembalikan penciptaan manusia dari
tanah dan tulang lebih mudah dari penciptaannya pertama kali. Bukankah
Allah SWT telah menciptakan semua makhluk, maka kesulitan apa yang
ditemui-Nya dalam mengembalikannya. Kesulitan itu disesuaikan dengan
tolok ukur manusia yang tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur
manusia tersebut tidak dapat diterapkan kepada Allah SWT. kerana Dia
tidak mengenal kesulitan atau kemudahan. Ketika Dia ingin membuat
sesuatu, maka Dia hanya sekadar mengeluarkan perintah:
"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah."Lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 117)
Kita juga memperhatikan firman-Nya:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya." (QS. al-Mu^minun: 33)
Al-Mala' ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka dinamakan al-Mala'
kerana mereka suka berbicara dan mereka mempunyai kepentingan dalam
kesinambungan situasi yang tidak sehat. Kita akan menyaksikan mereka
dalam setiap kisah para nabi. Kita akan melihat para pembesar kaum,
orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara mereka
yang menentang para nabi. Allah SWT menggambarkan mereka dalam
firman-Nya:
"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia. " (QS. al-Mukminun: 33)
kerana pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup, lahirlah keinginan untuk
meneruskan kepentingan-kepentingan khusus, dan dari pengaruh kekayaan
dan kekuasaan, muncullah sikap sombong. Para pembesar itu menoleh kepada
kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah nabi ini manusia biasa seperti
kita, ia memakan dari apa yang kita, makan, dan meminum dari apa yang
kita minum? Bahkan barangkali kerana kemiskinannya, ia sedikit, makan
dari apa yang kita, makan dan ia minum, menggunakan gelas-gelas yang
kotor sementara kita minum dari gelas-gelas yang terbuat dari emas dan
perak., maka bagaimana ia mengaku berada dalam kebenaran dan kita dalam
kebatilan? Ini adalah manusia biasa, maka bagaimana kita menaati manusia
biasa seperti kita? Kemudian, mengapa Allah SWT memilih manusia di
antara kita untuk mendapatkan wahyu-Nya?"
Para pembesar kaum Nabi Hud berkata: "Bukankah hal yang aneh ketika
Allah SWT memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu
dari-Nya?" Nabi Hud balik bertanya: "Apa keanehan dalam hal itu?
Sesungguhnya Allah SWT mencintai kalian dan oleh kerananya Dia mengutus
aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan
kisah Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan
apa yang telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT telah
dihancurkan dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun
akan dihancurkan, sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum berkata:
"Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud menjawab:
"Allah SWT."
Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata: "Tuhan-tuhan kami akan
menyelamatkan kami." Nabi Hud memberitahu mereka, bahawa tuhan- tuhan
yang mereka sembah ini dengan maksud untuk mendekatkan mereka kepada
Allah SWT pada hakikatnya justru menjauhkan mereka dari-Nya. Ia
menjelaskan kepada mereka bahawa hanya Allah SWT yang dapat
menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat
mendatangkan mudarat dan manfaat.
Pertarungan antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap kali
pertarungan berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan
kesombongan, pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka. Mereka
mulai menuduh Nabi Hud sebagai seorang idiot dan gila. Pada suatu hari
mereka berkata kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu.
Sesungguhnya engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah
kepadamu, dan kerana kemarahannya engkau menjadi gila." Allah SWT
menceritakan apa yang mereka katakan dalam firman-Nya:
"Kaum 'Ad berkata: 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami kerana perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahawa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. " (QS. Hud: 53-54)
Sampai pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada diri
mereka, sampai pada batas bahawa mereka menganggap, bahawa Nabi Hud
telah mengigau karena salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya
sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila. Nabi Hud tidak membiarkan
anggapan mereka bahawa ia gila dan mengigau, naniun ia tidak bersikap
emosi tetapi ia menunjukkan sikap tegas ketika mereka mengatakan: "Dan
kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan- sembahan kami kerana
perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. "
Setelah tantangan ini tiada lain bagi Nabi Hud kecuali memberikan
tantangan yang sama. Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah SWT. Nabi Hud
hanya memberikan peringatan dan ancaman terhadap orang-orang yang
mendustakan dakwahnya. Nabi Hud berkata:
"Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu bahawa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. " (QS. Hud: 54-57)
Manusia akan merasa keheranan terhadap perlawanan kepada kebenaran ini.
Seorang lelaki menghadapi kaum yang kasar dan keras kepala serta bodoh.
Mereka menganggap bahawa berhala-berhala dari batu dapat memberikan
gangguan. Manusia sendiri rnampu menentang para tiran dan melumpuhkan
keyakinan mereka, serta berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka.
Bahkan ia siap menentang mereka dan menghadapi segala bentuk, makar
mereka. Ia pun siap berperang dengan mereka dan bertawakal kepada Allah
SWT. Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar. Dia-lah yang menguasai
setiap makhluk di muka bumi, baik berupa binatang, manusia, maupun
makhluk lain. Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah SWT.
Dengan keimanan kepada Allah SWT dan dengan kepercayaan pada janji- Nya
serta merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi Hud menyeru orang-orang
kaflr dari kaumnya. Nabi Hud melakukan yang demikian itu meskipun ia
sendirian dan merasakan kelemahan kerana ia mendapatkan keamanan yang
hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud menjelaskan kepada
kaumnya bahawa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika
mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah SWT akan mengganti mereka
dengan kaum selain mereka. Yang demikian ini berarti bahawa mereka
sedang menunggu azab. Demikianlah Nabi Hud menjelaskan kepada mereka,
bahawa ia berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. la bertawakal
kepada Allah SWT yang menciptakannya.
Ia mengetahui bahawa siksa akan turun di antara para pengikutnya yang
menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT menyiksa
orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya. Nabi Hud
dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa kering
di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari
menyengat sangat kuat hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa
kepala manusia.
Kaum Nabi Hud dimusnahkan oleh Allah dengan taufan dan angin kencang |
Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti
langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari rumah mereka
sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni hujan." Tiba-tiba udara
berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin.
Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang.
Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi hari. Setiap
saat rasa dingin bertambah.
Kaum Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan
bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan
menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan
kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghancurkan dan membunuh apa saja
yang di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari
dengan mengancam kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin
Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya." (QS. al-Ahqaf: 24-25) "Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). " (QS. al-Haqqah: 7)
Tiada yang tersisa dari kaum Nabi Hud kecuali pohon-pohon kurma yang
lapuk. Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya selamat sedangkan
orang-orang yang menentangnya binasa.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud a.s.
Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan
diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama.Beliau menghadapi
kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran,
ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan
kata-kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata
yang halus yang menunjukkan bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan
tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.
Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan
menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut
menolak tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata:"Aku tidak gila dan
bahawa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau
mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh
Allah kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasihat yang jujur
bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu dan agar kamu
terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah di dunia mahupun di
akhirat."
Dalam berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu berusaha mengetuk hati
nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan
akal dan fikiran yang sihat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat
diterima oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan
jalan mereka namun hidayah iu adalah dari Allah, Dia akan memberinya
kepada siapa yang Dia kehendakinya.
Wa Allahu 'alam